Selasa, 27 Maret 2012

Netty Heryawan: Hanya 40% Posyandu Berfungsi Baik


Bandung - Ketua Tim Penggerak Program Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Jabar Netty Prasetiyani Heryawan meminta para pemangku kebijakan dan elemen masyarakat bersama–sama mengoptimalkan fungsi pos pelayanan terpadu (posyandu). Pasalnya ditemukan fakta yang mencatat hanya 40% dari 47.863 posyandu di Jabar yang berfungsi dengan baik.



"Berdasarkan peninjauan lapangan, tercatat ada 40% posyandu berjalan baik. Itu pun hanya separuhnya yang memiliki peralatan memadai. Catatan berikutnya, fungsi posyandu yang diberdayakan baru sebatas pelayanan kesehatan dasar," ungkap Netty pada pelatihan MOT bagi Kelompok Kerja Nasional (Pokjanal) Posyandu Provinsi Jabar 2012 di Gedung PKK Jabar.

Netty menyayangkan fungsi posyandu baru sebatas kegiatan pelayanan kesehatan dasar, seperti tempat penimbangan bayi dan balita. Padahal posyandu dapat berperan dalam peningkatan kapasitas pendidikan, keterampilan, dan pelatihan kegiatan ekonomi penunjang keluarga.

"Sejumlah tantangan dan kelemahan yang dihadapi posyandu dewasa ini, di antaranya peralatan dasar, kapasitas kader penggerak yang rata-rata memiliki pengetahuan dan keterampilan minim. Ada keterbatasan tenaga karena rata-rata 4 posyandu hanya dilayani 1 kader," tuturnya.

Untuk menuntaskan masalah tersebut, lanjut Netty, TP PKK Jabar akan melakukan revitalisasi posyandu dengan 4 terobosan, yakni rekrutmen kader, memperbaiki program posyandu, peningkatan kapasitas ilmu, dan inovasi dalam kemitraan. "Ini merupakan upaya pengukuhan peran posyandu beserta kader-kadernya dalam pembangunan generasi yang lebih kuat," tegasnya.

Senin, 26 Maret 2012

Roh Baru Gerakan Posyandu


MASYARAKAT telah lama mengenal pos pelayanan terpadu (posyandu) sebagai tempat pelayanan kesehatan dasar bagi ibu dan balita.

Berbagai kegiatan pun dilakukan oleh kader posyandu, yang tujuannya meningkatkan kualitas anak agar sehat dan cerdas, sebagaimana termaktub dalam program prioritas pembangunan nasional. Karenanya, pelayanan kesehatan anak balita di posyandu harus terus ditingkatkan.

Posyandu yang dirintis sejak 1983, telah membawa manfaat penting bagi masyarakat. Terutama sebagai ujung tombak deteksi dini kesehatan, khususnya anak balita dan ibu hamil. Karenanya, pelayanan kesehatan anak balita yang diselenggarakan posyandu harus selalui ditingkatkan melalui kegiatan revitalisasi posyandu.

Salah satu bentuknya adalah pengembangan menjadi posyandu peduli tumbuh-aktif-tanggap (PPTAT). Posyandu plus itu diharapkan mampu melakukan upaya pemberdayaan keluarga dalam memantau dan memberi pola asuh TAT pada balita. Wujudnya adalah gerakan pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan akses ibu dan anak batita terhadap pelayanan di posyandu tersebut.

Tahun ini, Gerakan Posyandu Peduli TAT telah diresmikan oleh Ketua Umum Tim Penggerak PKK Pusat H. Vita Gamawan Fauzi SH dalam Gebyar Posyandu di Bekasi 24 Januari lalu. Ini merupakan program kerja sama PKK Pusat dan Nestle Dancow Batita dalam upaya memberikan pelatihan untuk meningkatkan kualitas pelayanan posyandu melalui sosialisasi 3 tanda TAT sebagai panduan mudah bagi kader dan orang tua dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan optimal anak.

Panduan ini dirumuskan oleh tim ahli yang mewakili kajian ilmu terkait, terdiri atas ahli gizi Prof Dr Ir Ali Khomsan, ahli psikologi Dra Mayke Tedjasukmana MPsi, dan tim ahli PKK Pusat, yang kemudian dituangkan dalam modul-modul pelatihan sebagai panduan dalam pelatihan kader dan pelaksanaan harian posyandu.

Untuk Jawa Tengah, gerakan ini diawali pada 28 Februari lalu dengan kegiatan pelatihan bagi kader posyandu dan petugas kesehatan yang diikuti 120 kader dari Kabupaten Semarang, Kota Semarang, Banyumas dan Magelang. Jumlah kader tersebut adalah bagian dari target pelatihan tahun ini sebanyak 8 ribu kader yang tersebar di 56 kabupaten/ kota dari 14 provinsi di Indonesia.

Asah Asih Asuh

Nanti, posyandu peduli TAT selain melayani kegiatan seperti posyandu pada umumnya, harus melayani 7 hal lainnya. Yakni memantau pertumbuhan lewat penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran lingkar kepala atas anak, memantau keaktifan anak dalam melakukan keterampian gerakan kasar (loncat, lari, memanjat), keterampilan berbicara, gerak halus, dan kecerdasan lainnya.

Seterusnya adalah memantau respons anak terhadap lingkungan, mempelajari temperamen anak batita, dan upaya memberikan pola asuh yang tepat, mengenali sedini mungkin adanya permasalahan pada batita sehingga dapat segera dilakukan layanan rujukan ke puskesmas. Juga menyelenggarakan layanan konsultasi bagi orang tua yang mengalami permasalahan anak batitanya, serta membimbing orang tua untuk melakukan berbagai jenis kegiatan stimulasi sehingga anak batita meningkat kecerdasannya.

Guna mencapai keberhasilan dalam layanan prima pada 7 kegiatan tersebut, kader posyandu harus menerapkan pola landasan asih asah asuh. Penerapan metode dan teknik asih asah asuh oleh kader posyandu akan berdampak pada meningkatnya jumlah masyarakat yang datang. Hal ini dapat menekan jumlah drop out pengunjung dan mewujudkan pengunjung yang lestari dan setia. (10)



— Sri Rejeki Sardi AMd, Ketua Posyandu Mawar V Kelurahan Bangetayu Kulon Kecamatan Genuk, Posyandu Terbaik Kota Semarang 2012

Sabtu, 24 Maret 2012

Kematian akibat Rokok Melonjak Tiga Kali Lipat


KOMPAS.com — Angka kematian akibat merokok terus meningkat. Sebuah laporan terbaru yang dilansir oleh World Lung Foundation (WLF) mencatat, kematian akibat merokok melonjak hampir tiga kali lipat dalam satu dekade terakhir.

WLF dan American Cancer Society mengatakan, jika kecenderungan ini terus berlanjut, maka satu miliar orang akan mati akibat penggunaan tembakau pada abad ini atau satu orang akan meninggal setiap enam detiknya.

Seperti dilansir www.tobaccoatlas.org, tembakau telah membunuh 50 juta orang dalam 10 tahun terakhir, dan rokok bertanggung jawab atas lebih dari 15 persen dari semua kematian pria dan 7 persen kematian perempuan.

Di China, tembakau telah menjadi pembunuh nomor satu—yang menyebabkan 1,2 juta kematian per tahun—dan jumlah itu diperkirakan akan meningkat menjadi 3,5 juta setahun pada 2030.

Michael Eriksen, salah satu peneliti dan Direktur Institute of Public Health Georgia State University, mengatakan, tren yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa adanya penurunan tingkat merokok di negara maju, tetapi peningkatan justru terjadi di negara miskin.

"Jika kita tidak bertindak, maka ke depannya hal ini akan lebih mengerikan, dan beban kematian yang disebabkan oleh tembakau akan semakin tinggi di negara berkembang, terutama Asia, Timur Tengah, dan Afrika," katanya.

Eriksen mengungkapkan, hampir 80 persen orang yang meninggal karena penyakit terkait tembakau sekarang datang dari negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Di Turki, 38 persen kematian laki-laki dihubungkan dengan penyakit yang ditimbulkan akibat merokok, meskipun rokok juga masih menjadi pembunuh terbesar perempuan di Amerika.

Sementara itu, CEO WLF Peter Baldini menuduh industri rokok tidak peduli tentang efek bahaya yang dapat ditimbulkan dari rokok tersebut. Merokok penyebab utama kanker paru-paru dan beberapa penyakit paru kronis lainnya merupakan faktor risiko utama pada penyakit jantung.

Saat ini, lebih dari 170 negara telah menandatangani kesepakatan yang dibuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang pembatasan tingkat merokok, perlindungan terhadap para perokok pasif, serta membatasi iklan dan promosi rokok.

"Kami tidak akan pernah membiarkan industri tembakau berada di atas angin. Tembakau adalah pembunuh. Tidak boleh diiklankan, disubsidi, atau dibuat glamor," sambung Margaret Chan, Direktur Jenderal WHO.

Kini Saatnya Posyandu Sosialisasikan Program KB


INILAH.COM, Jakarta - Selama ini,Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) sekadar tempat pemeriksaan kesehatan ibu hamil dan timbang bayi. Padahal, Posyandu bisa memiliki peran lebih luas di antaranya mensosiaisasikan program Keluarga Berencana (KB).

Karenanya, PKK bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) berintegrasi dalam kegiatan Posyandu untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak, menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), menanggulangi balita dengan gizi buruk, serta mempercepat terwujudnya Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera.

Berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup yang merupakan tertinggi Se-ASEAN.

Pemerintah masih dituntut bekerja keras menurunkannya hingga tercapai target Millennium Development Goal (MDG) 5, menurunkan AKI menjadi 102/100.000 pada tahun 2015.

Sedangkan berdasarkan (Riset Kesehatan Dasar) Riskesdas 2010, masih cukup banyak ibu hamil dengan faktor risikoterlalu, yaitu terlalu tua hamil (hamil di atas usia 35 tahun) sebanyak 27%.

Terlalu muda untuk hamil (hamil di bawah usia 20 tahun) sebanyak 2,6% dan terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4) sebanyak 11,8%, dan (4) terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun).

"PKK sudah 17 tahun berkiprah selama 17 tahun dalam peningkatan cakupan KB melalui kesatuan gerak PKK-KB-Kes. Rata-rata peningkatan cakupan KB antara 25-30% setiap tahunnya," kata Kutua IV TP PKK, Susi Subekti dalam siaran persnya yang diterima INILAH.COM, Selasa (13/4).

Sementara itu, Ketua BKKBN Dr dr. Sugiri Syarief menjelaskan bahwa program KB sejak tahun 2009 sampai tahun 2011 telah menunjukan hasil yang cukup baik, dimana pencapaiannya melebihi target yang ditentukan.

Melalui peran pos pelayanan terpadu (Posyandu) di seluruh Indonesia, maka kesertaan masyarakat mengikuti keluarga berencana, dan bidang kesehatan lainnya dapat ditingkatkan.

Namun, menurut Sugiri, beberapa tahun terakhir ini gaung Posyandu kurang terdengar, tidak seperti di tahun 1980an.

“Banyak yang tidak aktif, Padahal bisa menjadi tempat penyuluhan KB, masalah kesehatan, dan lainnya," ujar Sugiri

Saat ini Posyandu yang aktif di seluruh Indonesia ada 272.000 unit. Kalau jumlah keseluruhan Posyandu lebih dari 500.000 unit, tapi banyak tidak aktif, sambung Susi Subekti. Kader PKK (pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga) yang ada di lingkungan RT dan RW sebagai penggerak Posyandu.

Tahun lalu, BKKBN telah mencoba untuk menggerakan kembali posyandu bersama tim TP PKK ke beberapa daerah. Namun hasilnya belum maksimal dan belum terdengar gaungnya. Tahun ini, BKKBN akan kembali melakukan kegiatan bersama PKK untuk menghidupkan posyandu.

“Tahun ini, BKKBN akan bermitra dengan PKK untuk lebih menghidupkan posyandu di Indonesia, namun saya berharap rekan-rekan media tuk membatu menggemakangaungnya”, pungkas Sugiri. [mor]

Jumat, 23 Maret 2012

5 VAKSIN IMUNISASI DASAR BAYI


Pemerintah setiap tahun terus berupaya untuk menurunkan angka kejadian penyakit seperti Poliomyelitis (kelumpuhan), Campak (measles), Difteri (indrak), Pertusis (batuk rejan / batuk seratus hari), Tetanus, Tuberculosis (TBC) dan Hepatitis B dengan menggalakan program pencegahan penyakit yaitu imunisasi pada bayi dan anak. Imunisasi bisa diartikan suatu usaha untuk membuat seseorang menjadi kebal terhadap penyakit tertentu dengan menyuntikan vaksin. Yakni kuman hidup yang dilemahkan / kuman mati / zat yang bila dimasukkan ke tubuh akan merangsang menciptakan kekebalan terhadap penyakit tertentu.

5 macam Vaksin imunisasi dasar

Untuk imunisasi dasar yang harus diberikan pada bayi antara lain.

Vaksin Polio; Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah virus, vaksin yang digunakan oleh banyak negara termasuk Indonesia adalah vaksin hidup (yang telah diselamatkan) vaksin berbentuk cairan. pemberian pada anak dengan meneteskan pada mulut. Kemasan sebanyak 1 cc / 2 cc dalam 1 ampul.

Vaksin Campak; Bibit penyakit yang menyebabkan campak adalah virus. Vaksin yang digunakan adalah vaksin hidup. Kemasan dalam flacon berbentuk gumpalan yang beku dan kering untuk dilarutkan dalam 5 cc pelarut. Sebelum menyuntikkan vaksin ini, harus terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut vaksin (aqua bidest). Disebut beku kering oleh karena pabrik pembuatan vaksin ini pertama kali membekukan vaksin tersebut kemudian mengeringkannya. Vaksin yang telah dilarutkan potensinya cepat menurun dan hanya bertahan selama 8 jam.

Vaksin BCG; Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri. Bentuknya vaksin beku kering seperti vaksin campak berbentuk bubuk yang berfungsi melindungi anak terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Dibuat dari bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan, ditemukan oleh Calmett Guerint. Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin harus lebih dulu dilarutkan dengan 4 cc cairan pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan dalam waktu 3 jam. Vaksin akan mudah rusak bila kena sinar matahari langsung. Tempat penyuntikan adalah sepertinya bagian lengan kanan atas.

Vaksin Hepatitis B; Bibit penyakit yang menyebabkan hepatitis B adalah virus. Vaksin hepatitis B dibuat dari bagian virus yaitu lapisan paling luar (mantel virus) yang telah mengalami proses pemurnian. Vaksin hepatitis B akan rusak karena pembekuan dan pemanasan. Vaksin hepatitis B paling baik disimpan pada temperatur 2,8°C. Biasanya tempat penyuntikan di paha 1/3 bagian atas luar.

Vaksin DPT; Terdiri toxoid difteri, bakteri pertusis dan tetanus toxoid, kadang disebut “triple vaksin”. Berisi vasin DPT, TT dan DT. Vaksin DPT disimpan pada suhu 2,8°C kemasan yang digunakan : Dalam - 5 cc untuk DPT, 5 cc untuk TT, 5 cc untuk DT. Pemberian imunisasi DPT, DT, TT dosisnya adalah 0,5 cc. Dalam pemberiannya biasanya berupa suntikan pada lengan atau paha.

Penyebab Diare dan Penanganan Diare


Kalau berbicara tentang penyakit diare mungkin sudah banyak orang yang tau. Diare adalah penyakit dengan gejala buang air besar encer lebih dari 3 kali sehari. Biasanya berbentuk cair/encer dan merupakan pergerakan tinja yang cepat melalui usus.

Penyebab diare ternyata bermacam-macam. Yaitu ada diare psikogenik dan diare emosional yaitu diare akibat ketegangan saraf atau bahasa lainnya diare karena grogi atau stress hehhe.

Ada juga diare yang disebabkan oleh virus atau bakteri, Biasanya diare jenis ini yang sering menyerang pada kita-kita dan anak kecil. Infeksi ini menyerang saluran pencernaan pada ujung distal illium dan usus besar. Akibatnya mukosa teriritasi dan kecepatan untuk mencerna makanan menjadi meningkat.

Ada juga diare yang khusus yaitu diare yang disebabkan oleh kuman tertentu:

Diare pada amoebiasis oleh disentri amoeba.

Diare ini disebabkan oleh infeksi entamuba histolitika di dalam usus besar. Infeksi dapat menyebabkan ulserasi atau perlukaan pada dinding kolon.

Ciri-ciri terkena diare ini adalah diare 20 kali atau bahkan lebih dalam sehari, tinja berbau disertai darah dan lendir, mengeluh nyeri perut dan lemah , menyebabkan berat badan menurun.

Bila diare tidak ditangani dengan cepat dapat menyebakan panas yang tinggi dan disertai nyeri perut yang menyeluruh dan kejang.
Diare pada shigellosis oleh disentri basiler.

Diare ini di sebabkan oleh bakteri shigella dysentriae yang menembus dan berkembang di dalam usus.

Ciri-cirinya bila nyeri pada perut bagian bawah, panas tinggi, menggigil, hilang nafsu makan, malas, sakit kepala dan lemah. Tinja bercampur dengan darah dan lendir
Diare pada kolera.

Diare ini disebabkan oleh toksin kolera yang menyerang sekresi elektrolit dan air.

Ciri-cirinya ada “watery diarrhea” yaitu tinja yang mengeluarkan lebih banyak air dari pada ampas. Tidak ada nyeri namun muntah tanpa mual, dapat menyebabkan dehidrasi dalam waktu singkat dan syok hipovolemik.

Sebenarnya diare bukanlah penyakit yang berbahaya apabila tidak di tangani dengan baik. Komplikasi yang bisa terjadi adalah adanya dehidrasi dan syok hipovolemik akibat banyaknya cairan yang keluar dari tubuh tanpa diimbangi oleh masuknya cairan.

Mungkin cara yang termudah untuk penanganan diare adalah untuk mecegah dehidrasi dan syok. Pasien harus diusahakan makan dan minum yang banyak, minum oralit atau bisa minum cairan pengganti elektrolit untuk mencegah dehidrasi.

Memang apabila terjangkit penyakit diare biasanya kita tidak berselera untuk makan dan minum, saya juga pernah mengalami nya sendiri :D namun harus “dipaksa” untuk mencegah komplikasi.

Bila diare tidak segera sembuh dalam kurun waktu 1×24 jam segera periksakan diri ke dokter. Semoga bermanfaat, jaga kebersihan makan dan tangan yahh :D

Kamis, 22 Maret 2012

BKKBN Tak Sediakan Alat Kontrasepsi Remaja


BADAN Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan tidak akan menyediakan alat kontrasepsi khusus untuk remaja.

Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN Sudibyo Alimoesa mengaku, sudah banyak pihak yang meminta diadakan alat kontrasepsi khusus bagi remaja. Hal ini menyusul maraknya seks bebas di kalangan pelajar hingga menyebabkan kehamilan.

“Tapi menyediakan alat kontrasepsi untuk remaja sama sekali bukan solusi dan tidak mendidik. Jadi yang seharusnya dilakukan adalah upaya preventif dengan pembinaan dan penyadaran agar remaja terhindar dari pergaulan bebas. Kami dengan tegas menolak kontrasepsi untuk remaja,” ungkap dia kepada wartawan di Jakarta kemarin.

Saat ini yang pihaknya lakukan adalah mengadakan program-program tentang kesehatan reproduksi terutama bagi para pelajar perempuan. Remaja perempuan yang lebih banyak dirugikan. BKKBN, dia melanjutkan, juga sudah bekerja sama dengan banyak kampus dan SMA dalam penyediaan tenaga konselor kesehatan reproduksi.

Selanjutnya dibuat komunitas-komunitas di kampus dan SMA yang mengampanyekan bahaya seks bebas. Pihaknya mengklaim hampir seluruh sekolah di berbagai daerah sudah tersentuh program ini.

Sementara itu, anggota Komisi IX DPR Herlini Amran mendesak BKKBN segera meningkatkan sosialisasi program penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja (PKBR). Ini dilakukan sebagai antisipasi meningkatnya prilaku seks bebas pada remaja yang saat ini sudah sangat mengkhawatirkan.

Dia menyampaikan, pemerintah harus meningkatkan program sosialisasi yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja.Dari data Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) diperoleh hasil, 97% remaja pernah menonton film porno serta 93,7% pernah melakukan adegan intim bahkan hingga melakukan seks oral.

Solusi Terbaik Saat Terkena Racun Tomcat


KETIKA Anda mengalami gejala-gejala terserang racun tomcat, segeralah cuci dengan air dan beri sabun. Jika masih terasa gatal, gunakan salep Acyclovir lima persen yang bisa dibeli di apotik.

Masyarakat diminta tak panik akan keberadaan tomcat yang kini sedang marak melanda Surabaya. Pasalnya, serangan serangga yang disebut pula Kumbang Rove atau Paederus Littoralis ini dapat dicegah dan ditangani.

Hal tersebut disampaikan oleh Ir Alexandre S Siahaya MT selaku Kepala Bidang Pertanian dan Kehutanan Dinas Pertanian Kota Surabaya.

"Jika terkena serangan tomcat, segera cuci dengan air dan beri sabun. Sabun mandi biasa saja cukup. Itu untuk mematikan racunnya. Jika masih tak mempan, masih gatal, segera ke apotik, gunakan salep Acyclovir lima persen," jelasnya saat dihubungi okezone melalui telepon selulernya, Selasa (20/3/2012).

Lebih lanjut, Alex pun menyarankan masyarakat untuk membersihkan pekarangan rumahnya yang memiliki rumput-rumput tebal tak terawat.

"Serangga ini mencari rumput tebal, di tempat seperti kebun, halaman rumah, atau pekarangan yang lembap. Karenanya, untuk menghindarinya bersihkan pekarangan," tutur Alex.

Alex pun meminta masyarakat agar tidak menjemur pakaian di malam hari, karena tomcat senang bersarang di pakaian lembap yang disinari cahaya terang dari lampu.

"Juga hindari menjemur baju di malam hari mereka suka tempat lembap dan terang. Kalau malam hari warga menjemur pakaian biasanya di atas jemurannya dipasangkan lampu terang. Nah, tomcat suka berada di sana karena pakaian yang dijemur lembap dan ada cahaya terang. Bahaya jika mereka mengeluarkan toksin di pakaian atau handuk yang dijemur, itu dapat membuat manusia terkena racun," tutupnya.

Revitalisasi Posyandu


CIKAL-BAKAL posyandu atau pos pelayanan terpadu ditetapkan Departemen Kesehatan pada 1975 dengan merancang Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).

Ini adalah strategi pembangunan kesehatan yang menerapkan prinsip gotong-royong dan swadaya masyarakat. Tujuannya agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri melalui pengenalan dan penyelesaian masalah kesehatan yang dilakukan bersama petugas kesehatan secara lintas program dan lintas sektor. Kegiatan PKMD pertama kali diperkenalkan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, diselenggarakan dalam pelbagai bentuk.

Kegiatan PKMD untuk perbaikan gizi, dilaksanakan melalui Karang Balita, sedangkan untuk penanggulangan diare melalui Pos Penanggulangan Diare. Untuk pengobatan masyarakat di perdesaan melalui Pos Kesehatan, serta untuk imunisasi dan keluarga berencana (KB) dilakukan di Pos Imunisasi dan Pos KB Desa.

Namun, pelayanan kesehatan justru menjadi terkotak-kotak, menyulitkan koordinasi, serta memerlukan lebih banyak sumber daya. Untuk mengatasinya, pada 1984 dikeluarkanlah Instruksi Bersama antara Menteri Kesehatan, Kepala BKKBN,dan Menteri Dalam Negeri, yang mengintegrasikan berbagai kegiatan masyarakat ke dalam satu wadah yang disebut dengan posyandu.

Kegiatan yang dilakukan diarahkan untuk lebih mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi, yang sesuai dengan konsep GOBI-3F (Growth Monitoring, Oral Rehydration, Breast Feeding, Imunization, Female Education, Family Planning and Food Suplementation) atau lima kegiatan posyandu, yaitu kesehatan ibu dan anak (KIA), KB, imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare. Namun, sejak krisis ekonomi, kegiatan posyandu menjadi menurun. Banyak kegiatan di posyandu yang tidak aktif, bahkan sampai ditutup.

Untuk menggiatkan kembali layanan di posyandu, pemerintah mengeluarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 411.3/1116/SJ tanggal 13 Juni 2001 tentang Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu. Isinya, setiap gubernur, bupati, dan wali kota di seluruh Indonesia wajib menjalankan program revitalisasi posyandu secara aktif. Surat tersebut diharapkan dapat dijadikan acuan bersama dengan semangat kebersamaan dan keterpaduan untuk mengembalikan dan meningkatkan fungsi dan kinerja posyandu.

Meski begitu, imbauan tersebut sepertinya belum membuahkan hasil yang maksimal. Posyandu seakan “mati suri”. Kiprahnya seperti istilah ”hidup segan, mati tak mau”. Kegiatannya selama ini semakin sayup, lamat-lamat tak terdengar.

Menurut Dr Hadiat MA, Direktur Komunitas Kesehatan dan Nutrisi BAPPENAS, dari sekitar 270.000 posyandu yang ada di Indonesia, hanya setengahnya yang masih aktif. Padahal, posyandu efektif dalam mendukung tercapainya target Millenium Development Goals (MDGs), terutama poin memberantas kemiskinan dan kelaparan, menurunkan angka kematian anak, dan meningkatkan kesehatan ibu. Karena, kegiatan di posyandu paling umum adalah menimbang bayi dan mencatat status pertumbuhan, pelayanan gizi, dan ibu hamil.

“Sudah banyak upaya yang dilakukan pemerintah, tetapi kami tidak bisa bekerja sendiri, perlu dukungan semua pihak,” ujarnya dalam diskusi media bertajuk “Revitalisasi Posyandu: Peningkatan Kapasitas Kader Sebagai Ujung Tombak Usaha Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak” bersama Kraft Foods Indonesia dan Save the Children di Hotel Mandarin Oriental.

Upaya tersebut, lanjut dia,antara lain membentuk Tim Pokjanal Posyandu yang berfungsi membina perkembangan posyandu secara berjenjang, baik tingkat kabupaten atau kota sampai kecamatan. Selain itu, terdapat program dalam rangka peningkatan kinerja kader. Karena selama ini diketahui hanya 30 persen kader yang telah terlatih. Terkait pendanaan, pemerintah juga telah mengeluarkan Bantuan Operasional Kesehatan untuk membantu pemerintahan kabupaten dan kota dalam melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan menuju MDGs.

“Bisa dipakai untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif seperti pembelian vaksin dan kegiatan surveilans,” tutur Hadiat.

Hidayat menyadari minat masyarakat untuk mengembangkan posyandu saat ini makin berkurang. Karena itu dia mengingatkan masyarakat untuk kembali menggiatkan layanan di sarana kesehatan dasar ini.
(tty)

BKKBN-PKK Sepakat Gairahkan Lagi Posyandu


Karena antusiasme masyarakat untuk mendatangi posyandu mulai menurun.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), sepakat untuk menggairahkan kembali minat masyarakat untuk mendatangi pos pelayanan terpadu (posyandu).

"Saat ini minat warga untuk mendatangi posyandu di Indonesia mulai redup," kata Kepala BKKBN, Sugiri Syarief usai membuka Rakornas Kemitraan BKKBN dengan PKK di Jakarta, Selasa (13/3).

Ia menjelaskan, saat ini antusiasme masyarakat Indonesia untuk mendatangi posyandu mulai menurun sehingga perlu dilakukan berbagai upaya untuk mendorongnya kembali.

Menurut Kepala BKKBN, posyandu sangat berfungsi dalam meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak, menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi, menanggulangi balita dengan gizi buruk, mempercepat terwujudnya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

"Keberadaan posyandu telah terbukti mendukung upaya pembangunan kesehatan melalui Revitalisasi Posyandu," kata Sugiri.

Selain itu tambah dia, posyandu juga bisa menjadi salah satu tempat untuk melakukan penyuluhan program kependudukan dan keluarga berencana.

Karena itu, pihaknya bersama PKK ingin melakukan berbagai upaya untuk menggairahkan minat masyarakat ke posyandu.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan